Setiap Tahun
etnis Tionghoa merayakan Cap Go Meh, mereka melakukan ritual Antraksi
Kebal Senjata yang dilakukan oleh para Tatung. Tatung dalam bahasa Hakka
adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Dimana raga atau
tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara roh
leluhur atau dewa tersebut. Dengan menggunakan Mantra dan Mudra
tertentu roh dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki raga orang tersebut.
Para Dewa atau roh leluhur biasa dipanggil dengan kepentingan tertentu,
misalnya untuk melakukan kegiatan pengobatan atau meminta nasihat yang
dipandang perlu. Kebanyakan para roh dewa dipanggil untuk kegiatan yang
berhubungan kepercayaan Taoisme , antara lain pengobatan, pengusiran roh
jahat, pembuatan Hu ,dan lain-lain. Setelah kegiatan yang dilakukan
selesai, roh akan meninggalkan tubuh orang tersebut. Perayaan ini
sebenarnya di Negara Cina sudah tidak ada, hanya dilestarikan di
Indonesia, tepatnya di Singkawang Kalimantan Barat
Sedangkan
Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan
Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini
berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima
belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini
berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas
hari.
Yang kami bahas bukan masalah hari raya kaum kafir
tersebut, namun yang akan kami bahas tentang "Ilmu Tenaga Dalam Kebal
Senjata". Tenaga dalam kebal senjata atau krachtologi tersusun dari kata
krachtos yang berarti tenaga dan logos yang berarti ilmu. Ia sudah
dikenal oleh orang-orang Mesir Kuno pada 4000 SM. Dari Mesir,
krachtologi berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia. Di Persia
ilmu kebal semacam ini dinamakan Dacht.
BAGAIMANA menurut Pandangan Islam.
Allah tidak pernah memberikan ilmu kebal kepada para Nabi, sejak Nabi
Adam Alaihissalam hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dan para Nabi sendiri tidak pernah belajar ilmu kebal, tidak pula
mengajarkan ilmu sejenis itu kepada ummatnya.
Sebagai contoh,
pada Perang Uhud gigi Nabi Muhamad shallallahu 'alaihi wa sallam patah,
bahkan beliau menderita luka-luka ketika masuk ke dalam sumur perangkap
yang disediakan musuh. Nabi Yahya Alahissalam kepalanya dipenggal dan
dijadikan mahar (maskawin) oleh raja kafir yang dzalim.
Sayyidina
Hamzah ditombak oleh Wahsi seorang hamba sahaya milik Hindun, kemudian
oleh Hindun jantung sayyidina Hamzah dicabik-cabik dengan penuh dendam.
Sayyidina Umar ketika sedang shalat terbunuh dengan khonjir (semacam
pisau belati) oleh Abu Lu’ Lu’ seorang majusi yang pura-pura masuk
Islam.
Sayyidina Utsman bin Affan terbunuh oleh demonstran yang
terhasut provokasi Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang pura-pura
masuk Islam. Padahal ketika itu sayyidina Utsman bin Affan sedang
menjalankan ibadah shaum. Sayyidina Ali ditusuk oleh Abdurahman bin
Muljan seorang khawarij.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa
Allah tidak memberikan ilmu kebal kepada para Nabi sekalipun. Kalau
kepada para Nabi saja tidak, apalagi kepada orang biasa.
Ada
sebuah riwayat mengenai ilmu kebal yang dimiliki al-Harits ad-Dimasyqi
yang muncul di Syam pada masa pemerintahan ‘Abdul Malik bin Marwan, lalu
mengaku dirinya sebagai nabi. Setan-setan telah melepaskan
rantai-rantai yang melilit di kedua kakinya, membuat tubuhnya menjadi
kebal terhadap senjata tajam, menjadikan batu marmer bertasbih saat
disentuh tangannya, dan ia melihat sekelompok orang berjalan kaki dan
menunggang kuda terbang di udara seraya berkata ia adalah malaikat
padahal jin.
Ketika kaum muslimin telah berhasil menangkap
al-Harits ad-Dimasygi untuk dibunuh, seseorang menikamkan tombak ke
tubuhnya, namun tidak mempan (punya ilmu kebal). Maka ‘Abdul Malik bin
Marwan berkata kepada orang yang menikamnya itu : “Itu adalah karena
engkau tidak menyebut Nama Alloh Ta’ala ketika menikamnya.” Maka ia pun
mencoba lagi menikamnya dengan terlebih dahulu membaca bismillah dan
ternyata tewaslah ia seketika.
Jelas bahwa Ilmu Kebal bukan
dari Allah, dalam perayaan Cap Go Meh, meski Tatung itu tergolong kaum
kafir, penganut animisme atau atheisme, ia bisa mendapatkan ilmu kebal,
tanpa perlu beriman kepada Allah sama sekali. Bagaimana dengan Nabi
Ibrahim Alaihissalam yang tidak terbakar ketika dimasukkan ke dalam
kobaran api? Sebagai Nabi Allah yang sedang menegakkan kalimat Allah
(agama Tauhid), Allah memberikan karomah kepada beliau, dengan cara
menginstruksikan kepada api (makhluk-Nya) untuk tidak membakar Ibrahim.
Karomah itu diberikan Allah sebagai jawaban atas doa yang dipanjatkan
Nabi Ibrahim Alaihissalam. Karomah yang Allah berikan kepada Nabi
Ibrahim Alaihissalam bukanlah ilmu kebal, karena tidak bisa dipelajari
(bersifat spontan) dan tidak dipertontonkan.
Di Indonesia ini
yang merupakan negeri yang subur akan syirik dan khurafat, ada banyak
praktisi yang menawarkan ilmu kebal ini. Adapun tatacara atau metode
untuk mendapatkannya bisa bermacam-macam tergantung dari praktisi
tersebut.
Tersebutlah Kiai Salik, seorang guru kekebalan. Hanya
dengan komat-kamit membaca mantra, Salik dikabarkan mampu menyetrum
manusia dengan kesaktian. Hasilnya, dalam sekejap, seseorang jadi
superman. Pedang setajam apa juga tak akan mampu merobek kulit. Pelor
pun hanya mampu menyentuh dan lantas mental jatuh ke tanah. Sedang panas
api membara tak berdaya menghanguskan mereka yang sudah ditulari ilmu.
Syarat-syaratnya pun ditanggung ringan. Cukup datang dan berminat.
Salik buka praktek seperti dokter. Pasiennya mengalir setiap hari.
Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal itu telah mengangkat hidup Salik.
Kini ia tak perlu lagi bertani dan berdagang untuk mengasapi dapurnya.
Biasanya, sebelum mantra sakti dibisikkan, pasien yang datang kepada
Salik terlebih dahulu melewati serangkaian upacara sederhana. Para
langganan harus duduk di atas golok yang diletakkan di atas sajadah.
Tapi sebelum itu tidak boleh lupa meletakkan duit di dekat golok.
Besarnya lebih dari Rp 10 ribu. “Duit itu memang bagian dari upacara
pengisian kekebalan,” kata Salik. Sebelum dikerudungi kain putih, “calon
orang kebal” harus minum sebagian dari segelas air putih yang ditaburi
sejumput ketan hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh. Sembari
memegang kepala pasien, Kiai Salik baru membacakan mantra saktinya.
Maka, selesai rangkaian prosesi itu.
Di Desa Loram Kulon, Jati,
Kudus, Jawa Tengah, ada Sunarwi juga pasang tawaran ilmu. Namun,
menularkan kiat kekebalan Sunarwi lebih berat dibanding Salik. Muridnya
untuk mendapatkan kekebalan diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam dan
nasi putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila
jatuh tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas
dada, tepat pada jam 24.00. Mereka juga kudu menyelam sebanyak 49 kali.
Entahlah, apa makna angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat,
murid Sunarwi harus keluar rumah, tepat jam 24.00. Menghadap ke arah
timur, untuk bersemadi meminta ampun kepada Allah. Barulah Sunarwi
memberi jimat yang berbau kearab-araban.
Ada juga Ormas , yang
mewajibkan pengikutnya untuk Puasa 40 hari untuk mendapatkan ilmu kebal
sejata dan petasan. Secara sekilas, nampaknya ritual yang dilakukan
adalah ritual yang syar’i, yakni berpuasa. Tapi betulkah seperti itu?
Ternyata tidak. Cobalah periksa lebih lanjut, maka akan timbul beberapa
pertanyaan berkenaan ritual yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu kebal
ini, yakni:
Adakah puasa yang lebih banyak dilakukan oleh
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang diajarkan oleh beliau
kepada umatnya melebihi banyaknya puasa di bulan Ramadhan, yakni selama
29 atau 30 hari (satu bulan penuh)? Setelah kita menilik hadits-hadits
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak kita jumpai beliau berpuasa
lebih banyak dari bilangan di bulan Ramadhan. Akan tetapi coba
perhatikan bilangan puasa yang ditentukan oleh manusia-manusia sakti
ini! Untuk mendapatkan ilmu kebal, mereka diwajibkan berpuasa selama 40
hari! Allaahulmusta’an.
Kemudian, hal lain yang perlu kita
cermati adalah para manusia sakti tersebut diwajibkan berpuasa selama
30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa ilmu kebal ini. Apakah
mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala yang mewajibkan puasa untuk
mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka memiliki Nabi dan Rasul yang
lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam yang
mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu kebal? Jika mereka jawab
tidak, lalu siapa yang mewajibkan dan mensyari’atkan mereka untuk
berpuasa selama 40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Puasa yang
diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam hanya
ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa nadzar dan puasa
qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga puasa itu tidaklah
wajib hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa mewajibkan sesuatu yang
tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang Dia turunkan. Allah ta’ala berfirman,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti selain itu.” (QS. Al-A’raf: 3)
Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang
dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا ءَاتٰكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah. Danapa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Sebanarnya Agama Syi'ah bathiniyah pertama kali yang membuat semua Ayat
Al Qur'an dapat dijadikan jimat, ada juga beberapa ayat Al Qur'an Surat
Yusuf, dibaca khusus untuk Pengasihan memikat lawan jenis, Ajaran
mereka ada juga tenaga dalam dengan menghentakkan tangan kanan ke depan
sebagai tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami terhempas ke
belakang tanpa harus menyentuh lawan tersebut hanya dengan melafadzkan
ayat-ayat mu’awidzatain (Al-Falaq dan An-Naas) sambil menahan nafas.
Saya tidak ragu lagi bahwa kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan
melibatkan bantuan jin. Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan
mengamalkan amalan-amalan yang diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan
tetapi setelah kita telisik lebih jauh, ternyata amalan-amalan tersebut
tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sementara, kita dilarang
meminta tolong kepada jin untuk mendatangkan manfaat atau menolak
mudharat. Allah ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)
Satu-satunya Nabi dan Rasul yang diberikan mukjizat yang diberikan
wewenang dan kekuasaan untuk memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi
Sulaiman ‘alaihissalaam. Hanya beliaulah satu-satunya manusia yang
diberikan wewenang itu. Setelah beliau, para nabi yang lain tidak
diberikan wewenang itu. Para Nabi itu diperintahkan untuk berjuang
dengan segala resiko fisik, bahkan resiko kematian.
Dengan
demikian, kita tahu bahwa ilmu kebal bukanlah ajaran Islam. Ilmu kebal
yang didapatkan dengan melakukan berbagai ritual tidak lain dengan
melibatkan bantuan jin yang mana meminta bantuan jin dalam hal seperti
ini hukumnya haram.
Allaahua’lam bish-shawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar